Sample text


Seuntai madah untuk dihayati...Setitis ilmu itu bisa mencairkan selautan kejahilan yang bersarang di pelupuk rona hati, Iman itu dinding taqwa sedangkan taqwa itu perisai hati, Yang memusnahkan pastilah nafsu, di layan jangan, di lawan pun jangan, di didik perlu, di asuh mesti, Apapun yang terjadi ikhlas menjadi ubat penawar segalanya Yakin kepada Allah,kebahagiaan pasti menanti di Taman Syurga...

Saturday, December 24, 2011

KATA-KATA HIKMAH DARIPADA PROF. DR. HAMKA DALAM BUKUNYA 'TASAUF MODEN':



'Kalau engkau dicintai orang dan mencintai, senangkanlah hatimu. Tandanya hidupmu telah berharga, tandanya engkau telah didaftar anak bumi yang terpilih. Tuhan telah memperlihatkan belas Kasih-Nya kepadamu lantaran pergaduhan hati sesama makhluk. Dan jiwa di seberang masyrik dan maghrib telah terkungkung di bawah satu perasaan di dalam lindungan Tuhan. Di sanalah waktunya engkau mengetahui rahsia perjalanan matahari di dalam falak, ketika fajarnya dan terbenamnya, tandanya Tuhan telah membisikkan ke telingamu nyanyian alam ini. Lantaran yang demikian, dua jiwa berenang di langit khayal, di waktu orang lain terbenam, keduanya berdiam di dalam kesukaan dan ketenteraman, bersenda gurau di waktu bersungguh-sungguh.

Dan jika engkau mencintai tetapi cintamu tak terbalas, senangkan jugalah hatimu. Kerana sesungguhnya orang yang mengusir akan jatuh kasihan dan ingin kembali kepada orang yang diusirnya itu setelah dia jatuh dari matanya: dia akan cinta , cinta yang lebih tinggi darjatnya daripada cinta lantaran hawa. Terpencil jauh membawa keuntungan insaf, kebencian meruncingkan cita-cita dan membersihkan perbuatan. Dengan sebab itu, engkau akan beroleh juga kelak tempat merupakan cinta itu, kalau tak ada pada insan, ada pada yang lebih kekal daripada insan. Bersedialah menerima dan menyuburkan cinta, walau bagaimana besarnya tanggunganmu, kerana cinta memberi dan menerima, cinta itu gelisah tetapi membawa tenteram. Cinta mesti lalu di hadapanmu, sayang engkau tak tahu bila lalunya.

Hendaklah engkau menjadi orang yang besar, yang sanggup memikul cinta yang besar. Kalau tak begitu, engkau akan beroleh cinta yang rendah dan murah, engkau menjadi pencium bumi, engkau akan jatuh ke bawah, tak jadi naik ke dalam benteng yang kuat dan teguh, benteng yang gagah perkasa yang sukar ditempuh oleh manusia biasa. Kerana tugu cita-cita hidup itu berdiri di seberang kekuasaan dan kemelaratan yang diletakkan oleh kerinduan itu sendiri.'

Cinta yang sejati adalah cinta di antara dua hamba Allah yang dipaterikan oleh cinta kepada Allah. Janganlah kita berkhayal kerana iblis suka meracuni jiwa yang lalai.

Friday, December 23, 2011

Pengantin Bidadari-Ibnu Qayyim Al Jauziyah


tentang-pernikahan.com - Raudhah Al Muhibbin wa Al Musytaqin

(Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu)

Pengantin Bidadari
-------------------------
Sebagai seorang pengantin, wanita lebih cantik dibanding seorang gadis
Sebagai seorang ibu, wanita lebih cantik dibanding seorang pengantin
Sebagai istri dan ibu, ia adalah kata-kata terindah di semua musim
dan dia tumbuh menjadi lebih cantik bertahun-tahun kemudian...
***

Syahdan, di Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid.
Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat.
Dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah. Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

Akhirnya pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah.
"Coba engkau temui langsung Baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagimu", nasihat mereka.
Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:
"Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?"
"Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.

"Katakanlah aku yang mengutusmu", sahut Baginda Nabi.
"Baiklah ya Rasul", dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan.
Sesampai di rumah Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan
"Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya?" Tanya Fulan.
"Rasulullah saw yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A." Jawab Zulebid sedikit gugup.

"Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku." Fulan menemui putrinya dan bertanya, "bagaimana pendapatmu wahai putriku?"
Jawab putrinya, "Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya."
Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.

Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata," duhai Anda yang di wajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu?"
Jawab istrinya, " Engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin."

Zulebid tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.
"Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang.
Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini."
Istrinya menyahut, "Pergilah suamiku, betapa besar pula bertumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu"

***
Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid...ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama t! eman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum
yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya....Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.
***
Senja datang
Angin mendesau, sepi...
Pasir-pasir beterbangan...
Berputar-putar...

Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.
Tanpa dimandikan...
Tanpa dikafankan...
Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.
Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.
Para sahabat terdiam membisu.
Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau. Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.

Akhirnya keadaan kembali seperti semula.
Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
"Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?"
Jawab Rasul, "Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo..Zulebid, pagi tadi engaku datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu oleh para pengantin."

"Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?" Tanya sahabat lagi.
" Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid," Jawab Rasulullah.
"Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?" Tanya mereka lagi.
"Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya...."
***
Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.

Malam menjelang...
Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata.
Lamat-lamat ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.
Terdengar Zulebid berkata, "Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini apabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu.... "
Dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.

Istri Zulebid, terdiam.
Matanya basah...
Ada sesuatu yang menggenang disana..
Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi..
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir..
Ia menggerakkan bibirnya..
"Suamiku, aku mencintaimu...
Dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita..
Aku ikhlas....
***
Somewhere over the rainbow, way up high
There's a land that I heard of once on a lullaby
Somewhere over the rainbow, skied are blue
And the dreams that you dare to dream
really do come true..

Dan,
Akan kemanakah kumbang terbang
Pada siapa rindu mendendam
Kekasih yang terkasih
Pencinta dan yang dicinta
Semua berurai air mata
Sedih, ataukah bahagia.....?

***
Untuk para pengantin bidadari

Saturday, December 17, 2011

Wanita di dalam Al-Quran



Dari Ummu Salamah r.a. : Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W,
“Mengapa kami kaum perempuan tidak disebutkan (keutamaannya) dalam Al-Quran sebagaimana kaum laki-laki?”
Rasulullah Saw. tidak segera menjawab. Namun, pada waktu yang lain, kulihat beliau berdiri di atas mimbar. Ketika itu, aku sedang menyisir rambut. Setelah selesai menggulung rambut, aku masuk ke salah satu kamar di rumahku. Kupasang pendengaranku berdekatan atap masjid yang ketika itu masih terbuat dari pelepah kurma, dan posisinya dekat dengan mimbar masjid. Aku mendengar Nabi S.A.W. bersabda,
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah Swt. berfirman dalam Kitab-Nya, Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang memeluk Islam, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan yang taat [kepada Allah], laki-laki dan perempuan yang [berbuat] benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut [Nama] Allah, bagi mereka, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar (QS Al-Ahzab [33]: 35).”
(HR Ahmad, Al-Nasa’i, dan Al-Hakim yang menilainya sahih berdasarkan kriteria Al-Bukhari dan Muslim.)
Hadis ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut :
Pertama, kegelisahan dan kekuatiran kaum perempuan zaman Nabi S.A.W (Sahabiyyat) karena Al-Quran tidak menyebutkan mereka sebagaimana kaum laki-laki. Kekuatiran itu muncul akibat penilaian buruk mereka. Dengan tidak disebutkan dalam Al-Quran, mereka menganggap bahwa hal itu seakan-akan menunjukkan bahwa kedudukan mereka tidak seperti kedudukan laki-laki, meskipun mereka telah menunaikan semua kewajiban yang diembankan kepada mereka. Mereka juga merasa bahwa kebajikan mereka tidak akan pernah setara dengan kebajikan yang dilakukan oleh laki-laki.
Berkenaan dengan makna ayat yang dikutip dalam hadis di atas (Al-Ahzab: 35), Muqatil berkata,
“Ummu Salamah dan Anisah binti Ka’ab dari kalangan Anshar berkata kepada Rasulullah Saw., `Mengapa Allah menyebutkan laki-laki, tetapi tidak menyebutkan perempuan sedikit pun dalam Kitab Suci-Nya? Kami merasa khawatir bila kami tidak boleh berbuat kebajikan. Kemudian, turunlah ayat tersebut.” Demikian disebutkan dalam Tafsir Al-Baghawi.
Diriwayatkan bahawa sepulang dari Habasyah beserta suaminya, Ja`far bin Abi Thalib, Asma’ binti Umais menemui isteri-isteri Nabi Saw. seraya berkata,
“Adakah ayat Al Quran yang diturunkan berkenaan dengan kita?”
Mereka menjawab, “Tidak ada.”
Lalu Asma’ menemui Rasulullah Saw. ia berkata,
“Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum perempuan berputus asa dan merugi!”
Rasulullah Saw. bertanya,
“Apa sebabnya?”
Asma’ menjawab,
“Karena kebaikan mereka tidak disebutkan—dalam Al-Quran—sebagai mana kaum laki-laki.”
Kemudian, turunlah ayat tersebut.
Kedua, hadis di atas menggambarkan cara Al-Quran memberikan ketenangan kepada kaum perempuan dan menghilangkan kegelisahan dan keraguan mereka. Dalam hal ini, Al-Quran mengungkapkan derajat dan kedudukan perempuan dalam Islam. Al-Quran juga menegaskan, tidak ada perbedaan antara dan perempuan dalam usaha menggapai derajat tertinggi dalam agama serta dalam memperoleh pahala dan ampunan dari Allah Swt.
Ketiga, hadis di atas menggambarkan perhatian kaum perempuan pada masa awal Islam dalam hal ketinggian cita-cita mereka, semangat (ghairah) mereka dalam beragama, dan keinginan mereka untuk ikut berlumba dengan kaum laki-laki dalam berbuat kebajikan dan mencapai derajat yang tinggi.
Keempat, hadis di atas menjelaskan perbedaan kedudukan dan peranan perempuan dalam masyarakat Islam, serta kadar kepercayaan diri dan keyakinan yang dijamin dalam Islam.

Thursday, November 10, 2011

Kisah Lelaki yg Menikahi Wanita Bisu,Buta,Tuli dan Lumpuh...

Pada zaman dahulu ada seorang pemuda pengembara bernama Ahmad. Ahmad adalah seorang pengembara yang soleh dan taat kepada Allah. Hutan, gunnung serta padang pasir telah dilalui dalam pengembaraannya.

Suatu ketika disaat Ahmad sedang menyusuri sebuah sungai. Dia merasa dahaga yang tiada terhingga, karena hari memang sangat panas sekali. Ahmad pun kemudian berhenti dipinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya. “Alhamdulillah….. terimakasih ya Allah, engkau telah memberikan keselamatan kepadaku dengan air sungai ini”. Tiba-tiba Ahmad melihat sesuatu mengapung-apung disungai menuju kearahnya. Tanpa berfikir panjang Ahmad pun kemudian mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah sebuah epal. “Ini mungkin rezeki untukku”. Ahmad kemudian memakan epal itu. Tetapi disaat epal itu termakan hampir habis, Ahmad teringat sesuatu. “Astaghfirullah, Kalau ada buah epal terjatuh, berarti disekitar sini ada sebuah kebun. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah Ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini.

Ahmad pun kemudian menyusuri sungai itu tanpa merasa letih. Dan benarlah, ternyata diujung sebuah hulu sungai ada sebuah kebun epal yang sangat luas. Ahmad kemudian mendatangi kebun itu dan mencari pemiliknya. Disaat Ahmad sedang mencari tiba-tiba seorang tua mengejutkannya.

“Assalamu’alaikum. Sedang mencari apa gerangan anak muda?”

“Waalaikumussalam… Apakah bapak tau siapa pemilik kebun epal ini?”

“Sayalah pemiliknya. Kenapa ?

“Jadi, jadi pemilik kebun ini adalah bapak sendiri. Oh.. Kebetulan sekali. Saya minta maaf kerana saya telah memakan sebuah epal yang saya duga berasal dari kebun bapak”.

“Dimana engkau menemukannya anak muda?” tanya org tua itu.

“Disebuah sungai disaat saya sedang minum dan membasuh muka saya”.

Pemilik kebun epal itu terdiam dan menatap mata Ahmad dengan tajam. Ahmad pun kemudian berkata, “Maafkanlah saya pak, saya siap menerima hukuman apa pun dari bapak. Apapun hukumannya, asalkan bapak memaafkan saya”.

“Ya, ya ya…. Kalau begitu kau akan menerima hukuman dariku”. Kata orang tua itu seraya terus menatap tajam mata ahmad.

“Silakan, apa hukuman yang akan aku terima ?”

“Kau harus membersihkan kebunku selama satu bulan penuh”

“Baiklah, saya akan menjalankan hukuman itu dengan ikhlas kerana Allah” Kata Ahmad sabar.

Demikianlah, berhari-hari Ahmad membersihkan kebun epal itu dengan rajin dan senang. Dia berharap dapat menghapus kesalahan yang telah dilakukannya. Hingga tidak terasa satu bulan penuh Ahmad telah menjalankan hukuman. Ahmad pun kemudian mendatangi pemilik kebun itu.

“Saya telah menjalankan hukuman untuk membersihkan kebun selama satu bulan penuh. Dan hari ini adalah hari yang terakhir, Apakah ada hukuman lain untuk menebus kesalahan saya?” Tanya Ahmad.

“Ada. Aku mempunyai seorang anak gadis bernama Rokayah. Dia buta, tuli, bisu dan lumpuh. Kau harus menikahinya.Jawab pemilik kebun

Bukan cuma terkejut, Ahmad pun gemetar. Tubuhnya berkeringat. Kerana Ahmad berfikir begitu berat ujian dan hukuman yang dia terima. pemilik kebun itupun bertanya.

“Kenapa, apakah kau tidak bersedia?” tanya pemilik kebun itu membuat ahmad berfikir. Tidak lama kemudian ahmad dapat menguasai diri. Dia yakin apabila pemilik kebun tidak memaafkannya, maka Allahpun tidak akan memaafkan kesalahannya yang telah memakan epal yang bukan miliknya.

“Baiklah, saya akan penuhi. Saya ikhlas kerana Allah untuk menikahi anak pak cik. Jawab Ahmad

Dengan kesabaran dan keikhlasan Ahmadpun kemudian menikahi gadis pemilik kebun epal. Disaat usai pernikahan, Ahmad hendak memasuki kamar pengantin yang didalamnya telah menunggu gadis pemilik kebun epal

“Assalamu’alaikum”…. Ucap Ahmad seraya membuka tirai kamar.

“Wa’alaikummussalam, Silakan masuk. Aku telah menunggu sejak tadi” Seorang gadis menjawab dari dalam kamar

Ahmad terkejut bukan kepalang mendengar jawaban itu.

“Oh, maafkan saya. Mungkin saya salah memasuki kamar ini. Sebenarnya saya mencari gadis bernama Rokayah. Dia anak pemilik kebun epal”. Kata Ahmad bingung.

“Sayalah yang engkau cari”. Jawab gadis itu

“Oh tidak…. Tidak mungkin”.

Ahmad pun berlalu dengan tergesa meninggalkan gadis itu dan menemui pemilik kebun.

“Sebelumnya maafkan saya yang telah lancang memasuki sebuah kamar seorang gadis cantik. Tapi… dimanakah sebenarnya kamar Rokayah isteri saya?” Tanya Ahmad

“Kau tidak salah. Yang kau masuki memang kamar rokayah anakku satu-satunya. Dan yang didalam kamar memang anakku. Dialah rokayah”.

“Tetapi kenapa saya tidak melihat dia buta, tuli, bisu dan lumpuh?” Tanya Ahmad.

“Anakku….. Rokayah memang buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tapi yang aku maksud dia buta, kerana dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, kerana telinganya tidak pernah digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia bisu, kerana dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara kotor. Dan dia lumpuh, kerana dia tidak pernah berjalan ketempat-tempat maksiat. Sekarang segeralah kau kembali kekamarnya. Temuilah dia yang sekarang menjadi isterimu”.

Betapa bahagianya Ahmad yang ternyata mendapatkan seorang isteri yang bukan cantik jelita, namun seorang gadiis yang beriman dan taat kepada Allah.

Kisah Seorang Pemuda Berjumpa Rasulullah s.a.w ( PERKAHWINAN)

Pada suatu hari, Rasulullah SAW telah didatangi oleh seorang lelaki. Lelaki ini mengaku dirinya seorang yang miskin. Kemudian ia meminta jalan keluar agar terlepas dari belengu kemiskinan. Tanpa berlenggah lagi, Rasulullah SAW terus menyuruh lelaki tersebut supaya berkahwin. Lelaki tersebut sangat gembira dengan saranan yang diberikan Rasulullah. Dengan keyakinan yang mantap, akhirnya lelaki itu berkahwin.

Setelah sekian lama berkahwin, lelaki itu datang lagi kepada Rasulullah dan mengadukan nasibnya, “Ya Rasulullah! Aku telahpun berkahwin, tetapi masih dalam keadaan miskin. Apa yang harus aku lakukan wahai Rasulullah?”. “Kahwin lagi,” jawab Rasulullah singkat.
Si lelaki tersebut tidak banyak bertanya. Beliau mempercayai Rasulullah SAW sepenuhnya kerana tidak mungkin Rasulullah mahu menipu umatnya. Akhirnya lelaki itu berkahwin lagi dengan gadis lain. Namun beberapa waktu kemudian lelaki itu datang lagi kepada Rasulullah dan mengadukan masalahnya : “Wahai Rasulullah, isteriku sudah pun dua orang, tapi aku masih tetap miskin, bagaimana ya Rasulullah…?” keluh lelaki itu.” Kahwin lagi,” jawab Rasulullah singkat. Hati lelaki itu berasa senang apabila mendengar jawapan Rasulullah. Kemudian beliau berkahwin buat kali ketiga.

Namun setelah beberapa lama, keadaan tetap juga belum berubah. Mulanya ia berasa malu untuk mengadu kepada Rasulullah, tapi apakan daya ia masih tetap miskin. Dengan berat hati, beliau menemui Rasulullah dan menyampaikan masalahnya. “Wahai Rasulullah, engkau telah menyuruhku menikah untuk ketiga kalinya, tapi aku tetap miskin. Sekarang apa yang harus aku lakukan? “, adu lelaki itu. “Berkahwinlah lagi,”kata Rasulullah. Akhirnya si lelaki itu menikah buat kali keempat.
Ternyata benarlah segala kata-kata Rasulullah. Ternyata isteri keempatnya ini membawa keberkatan perkahwinan di dalam kehidupannya. Dengan kepandaiannya menenun, ia mengajar kemahiran tersebut kepada ketiga-tiga madunya. Akhirnya usaha tersebut mendatangkan keuntungan dan kekayaan. Perusahaan industrinya semakin maju dan mampu mencukupi keperluan rumahtangga lelaki itu serta isteri-isterinya.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Carilah rezeki dengan menikah”
(Riwayat Ibnu Abbas)

Firman Allah SWT yang bermaksud: ” Dan kahwinilah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkahwin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ”
(Surah an-Nur : 32)

Wednesday, November 9, 2011

Kisah Saidina Abu Bakar Al-Miski

Ketika ramai orang bertanya kepada Saidina Abu Bakar: " Kami selalu mencium bau harum kasturi dari tubuhmu sedangkan kamu tidak memakai kasturi. Apakah yang menyebabkan dirimu menjadi seharum kasturi?" Saidina Abu Bakar menjawab," Demi Allah, sudah bertahun aku tidak memakai kasturi tetapi bau harumnya bagaikan sebati dalam diriku. Mereka bertanya bagaimana boleh terjadi hal sedemikian. Lalu Abu Bakar Al-Miski pun menceritakan peristiwa di sebalik keharuman kasturi itu. Pada suatu hari, ada seorang wanita yang melakukan tipu daya terhadapku sehingga aku masuk ke dalam rumahnya. Ketika aku berada di dalam rumahnya, dia menutup semua pintu dan jendela rumahnya seraya menggodaku untuk melakukan maksiat. Aku kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus melarikan diri. Lantas aku bertanya wanita itu, " Aku ingin ke tandas untuk berhadas". Lalu wanita tersebut memerintahkan pembantunya untuk menghantarku ke tandas. Sesudah berhadas, aku pun melumuri seluruh badanku dengan kotoran najisku. Kemudian aku kembali kepada wanita tersebut. Wanita tersebut sungguh terkejut dan marah dengan tindakanku dan menyuruh pembantunya mengusirku. Setelah itu, aku pulang ke rumahku dan mandi. Pada malam harinya, aku bermimpi ada suara berkata kepadaku, "Kamu telah melakukan suatu amalan yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun. Sungguh Kami akan mewangikan tubuhmu di dunia dan akhirat". Ketika aku bangun pagi keesokan harinya, aku merasakan tubuhku menyebarkan bau kasturi sehingga ke saat ini ia masih kekal. Begitulah kisah para sahabat yang takutkan azab Allah s.w.t. Betapa perlunya perasaan takutkan Allah ini terselit dihati umat Islam yang inginkan kebahagiaan ukhrawi. "Sesungguhnya orang-orang yang takut (melanggar hukum) Tuhannya semasa mereka tidak dilihat orang dan semasa mereka tidak melihat azab Tuhan, mereka beroleh keampunan dan pahala yang besar"- Al-Mulk:12.

Saturday, November 5, 2011

♥ Gurauan Rasul صلى الله عليه وسلم

Suatu hari...

✿ ܓ Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Sayyiduna Abu Bakr ra menikmati buah kurma. S.Abu Bakr mengumpulkan biji kurma yang dimakannya di hadapannya. Manakala Rasul صلى الله عليه وسلم mencampakkan biji kurmanya itu di tempat biji² kurma S.Abu Bakr ketika sahabatnya itu sedang leka.

♥ Rasul صلى الله عليه وسلم berkata: "Wahai Abu Bakr, aku melihatmu sebagai orang yang tersangat kuat makan. Cuba lihat betapa banyaknya jumlah biji² kurma yang telah engkau himpunkan." Allahu Allah, ya Rasulallah ツ.

Ok, apa kata sahabatnya?....

♥ S. Abu Bakar memandang Baginda صلى الله عليه وسلم seraya berkata: "Wahai Kekasih Allah, yang kuat makannya adalah orang yang berada di hadapanku ini kerana dia telah memakan buah kurma dengan biji²nya sekali".

~ Selesai Sayyiduna Abu Bakar ra berkata, maka ketawalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan hanya menampakkan sedikit gigi hadapannya yang putih bersih.

*¨*•.¸¸ Allahu Allah, indahnya mahabbah mereka ^_^, Indahnya kisah mereka. Terasa seolah² diri menyaksikannya di hadapan mata (◕‿◕).

♥ Ayuh sahabat, shollu a'la an-Nabiyy.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

ISTIKHARAHKU MEMBISIKKAN SESUATU…


Bagaimana si dia menawarkan cinta kepada anda?

Persoalan Lazim Remaja
            “Bagaimana kita hendak tahu si dia terbaik untuk kita ataupun tidak?”
“Selepas istikharah memang ia akan nampak dalam mimpi?”
“Dia kata, dia akan tetap cuba dapatkan saya sebab dia nampak saya dalam mimpi selepas buat istikharah. Jadi, perlukah saya terima dia sedangkan saya tidak yakin pun kepadanya?”
“Saya takutlah hendak membuat istikharah. Takut nampak apa yang saya tidak berkenan.”
Apa Itu Istikharah?
            Istikharah ialah suatu doa dalam membuat sesuatu pilihan sama ada dilakukan dengan cara berdoa sahaja ataupun sebaik-baiknya solat sunnah terlebih dahulu kemudian diikuti dengan doa. Ia dilakukan bukan dalam urusan memilih jodoh semata-mata, bahkan dalam apa jua urusan yang melibatkan dilema membuat pilihan.
Contohnya, mahu membeli kereta VIVA ataupun Myvi? Mahu balik kampung ataupun mengikuti program keusahawanan semasa cuti semester? Mahu mengikuti jurusan Undang-undang Sivil ataupun Undang-undang Syariah?
Bagaimana membuat pilihan?
Buatlah pilihan dengan istikharah dan berbincang.
Berdoa kepada Khaliq dan berbincang dengan makhluk.
Ikut garis panduan al-Quran dan al-Sunnah.
Namun, tiada istikharah dalam menolak perintah Allah ataupun melakukan larangan-Nya. Contohnya, mahu memakai tudung ataupun tidak? Mahu memakai jeans ataupun baju kurung? Mahu pergi dating ataupun study?
Istikharah Menghapus Unsur-unsur Ramalan
            Islam datang memancarkan sinar ketika masyarakat Arab jahiliyah sedang tenggelam dengan amalan menilik nasib, dukun, mantera dan meramal masa depan. Pelbagai kreativiti direka-reka bagi menilik nasib seperti meramal dengan bintang, meramal dengan sial burung dan mengundi dengan undian belahan-belahan kayu. Mereka meramal bagi mengetahui bilakah waktu yang sesuai memulakan perniagaan atau meramal kalah menang dalam peperangan dan sebagainya.
Firman Allah SWT, maksudnya: “Wahai orang yang beriman, bahawa sesungguhnya arak dan judi dan pemujaan berhala dan mengundi nasib adalah semata-mata amalan kotor daripada perbuatan syaitan. Oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya.” (Surah al-Maidah: 90).
Sebagai pengganti kepada unsur-unsur ramalan seperti itu, Allah SWT mensyariatkan istikharah yang mengandungi benih tauhid dan kebahagiaan di dalamnya. Tidak akan menyesal orang yang memilih istikharah sebelum memutuskan urusannya.
Doa Istikharah
 
            Maksudnya: 
Ya Allah, aku memohon petunjuk daripada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon ketentuan daripada-Mu dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon daripada-Mu akan limpah kurniaan-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala perkara yang ghaib. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui bahawasanya urusan ini (pernikahanku dengannya) adalah baik bagiku, pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku sama ada cepat ataupun lambat, takdirkanlah ia bagiku dan permudahkanlah serta berkatlah bagiku padanya dan seandainya Engkau mengetahui bahawa urusan ini (pernikahanku dengannya) mendatangkan keburukan bagiku, pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku sama ada cepat ataupun lambat, maka jauhkanlah aku daripadanya dan takdirkanlah kebaikan untukku dalam sebarang keadaan sekalipun kemudian redhailah aku dengannya.”
Galakan Istikharah
            Galakan istikharah sangat tinggi dalam Islam, hingga ada ulama yang menganggapnya wajib. Namun, ulama salafussoleh (generasi awal yang dekat dengan zaman Nabi) bersepakat yang istikharah itu sunnah bukan wajib.
Kata Jabir bin Abdullah, “Rasulullah SAW mengajar kami beristikharah dalam semua pekerjaan seperti baginda mengajar kami satu surah daripada al-Quran, sabdanya, 'Apabila seseorang kamu mempunyai rancangan untuk melakukan sesuatu hendaklah dia melakukan solat sunnah dua rakaat, kemudian bacalah doa ini….'” (Hadis Sahih Riwayat Bukhari).
            Imam al-Syawkani berkata dalam Naylul Awtar bahawa istikharah disyariatkan di dalam Islam dan tidak diketahui terdapat khilaf padanya.
            Rasulullah SAW berkata: “Salah satu sumber kebahagiaan anak Adam adalah beristikharah kepada Allah dan redha dengan apa yang ditentukan kepadanya, dan daripada keburukan anak Adam ialah meninggalkan istikharah kepada Allah dan membenci apa yang telah ditentukan kepadanya.” (Riwayat Ahmad dan al-Tirmizi)
Petunjuk Istikharah Melalui Mimpi?
            Petunjuk istikharah tidak semestinya dalam bentuk mimpi. Ia boleh hadir dalam bentuk ketenangan hati. Demikian pendapat Imam Nawawi r.a. dan disokong oleh kebanyakan ulama. Selepas beristikharah dan berbincang, kemudian diteguhkan pendirian dan dipermudahkan jalan ke arahnya, itupun suatu petunjuk. Jadi mengapa perlu takut untuk istikharah?
Sekiranya seseorang itu mengalami mimpi yang menenangkan hatinya selepas istikharah, ia hanyalah bonus daripada Allah untuknya. Petunjuk tidak semestinya melalui mimpi.
Jangan terpedaya dengan seseorang yang berhujah dengan mimpinya sendiri bagi memaksa orang lain menerima dirinya. Mimpi orang lain tidak boleh menjadi hujah untuk kita.
Hatta sekiranya kita sendiri yang bermimpikan seseorang selepas istikharah, kita perlu memastikan terlebih dahulu mimpi itu tidak dipengaruhi oleh kecenderungan tertentu akibat tidak menjaga hati, dan membiasakan diri dengan banyak perkara yang melalaikan. Imam Ibnu Hajar al-Asqolani menekankan supaya jangan cenderung kepada satu antara dua atau lebih pilihannya sebelum membuat istikharah. (Fath al-Bari, 11/223). Jangan sandarkan keputusan sepenuhnya kepada mimpi tanpa mempertimbangkan hujah yang jelas dengan perbincangan melalui petunjuk al-Quran dan al-Sunnah .
Apakah pandangan Islam berkenaan mimpi (ru’yah)?
Realiti tiga golongan.
1.      Ada orang yang bergantung sepenuhnya kepada mimpi. Ia terdedah kepada sangkaan, mainan syaitan dan mainan perasaan.
2.      Ada golongan yang menolak sepenuhnya mimpi. Ia menafikan sesuatu yang wujud, thabit (tetap) serta tidak patut diingkari secara umumnya.
3.      Ada golongan yang menganggap mimpi sebagai bonus sokongan daripada Allah  dengan apa yang sudah diyakini berdasarkan petunjuk al-Quran dan al-Sunnah. Pendapat ini lebih adil dan sederhana.
Merujuk Risalah Taalim oleh al-Imam Hassan al-Banna yang dihuraikan oleh Muhammad Abdullah al-Khatib dan diadaptasi oleh penulis, ada beberapa penjelasan berkenaan kedudukan mimpi dalam Islam. Antaranya adalah:
·Mimpi insan biasa bukanlah hujah bagi hukum syarak. (Misalnya seseorang yang bermimpi, hubungannya dengan Allah sudah mantap maka dia hanya perlu solat dengan menggunakan niat, maka mimpinya dikira batil dan tidak menjatuhkan hukum syarak apapun ke atasnya).
·Mimpi seseorang tidak diambil kira sekiranya bertentangan dengan hukum-hakam agama dan nas-nasnya. (Misalnya wanita mengandung  bermimpi makan khinzir hingga menyebabkan dia sangat mengidamkannya. Mimpi itu tidak boleh dijadikan hujah untuknya melanggar hukum agama yang telah tetap.)
·Mimpi seseorang yang tidak bertentangan dengan nas, boleh diambil kira untuk dirinya sendiri, bukan hujah untuk orang lain. (Misalnya, seseorang bermimpi berkahwin dengan seseorang, manakala agama dan akhlak orang itu memang bagus, maka dia boleh berusaha ke arah menjadikan mimpinya suatu realiti. Namun, dia tidak boleh memaksa orang itu menerimanya semata-mata berhujahkan mimpinya sendiri.)
·Mimpi banyak berbaur dengan sangkaan, bercampur-aduk dengan waham (prasangka), justeru kita tidak bergantung sepenuhnya kepadanya. Sekadar berwaspada. (Misalnya kita bermimpi berkahwin dengan seseorang, sedangkan kita belum mengetahui berkenaan agama dan akhlaknya, maka tidak perlu terburu-buru percaya kepada mimpi itu. Mimpi itu mungkin boleh menjadi sekadar ilham untuk kita merisik agama dan ahklaknya dengan teliti).
·Faedah kewujudan mimpi adalah sokongan tambahan pada perkara yang sudah tetap (thabit) daripada al-Quran dan al-Sunnah. Ia dianggap sokongan tambahan kepada perkara yang telah thabit dan dianggap sebagai cahaya di atas cahaya.
·Mimpi bukan semuanya daripada syaitan dan mainan perasaan semasa tidur. Ada juga mimpi yang benar daripada Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW, “Mimpi ada tiga jenis: Mimpi yang datang daripada Allah, mimpi yang berpunca dari dirinya sendiri dan mimpi daripada syaitan.” (Riwayat Muslim). Ibnu Taimiyah berkata di dalam al-Fatawa, hendaklah seseorang tahu membezakannya. (Misalnya seseorang yang leka dalam maksiat, tidak mahu bertaubat, tiba-tiba ingin beristikharah dalam urusan jodoh, sudah tentu besar kemungkinan mimpi malamnya akan sering dipengaruhi oleh wajah gadis yang didambakan. Sebaik-baiknya, dia bertaubat dan menjauhkan diri daripada dekat dengan jalan-jalan zina terlebih dahulu seperti asyik call, sms dan dating).
·Sekalipun ulama tidak mengingkari wujudnya mimpi yang benar, namun mereka mensyaratkan, perlunya nilaian daripada al-Quran dan al-Sunnah terhadap setiap apa yang dimimpikan. Hanya kedua sumber itu yang maksum (terpelihara daripada kesilapan).
·Berkata Ibnu Taimiyah, “Ahli kasyaf dan ahli ilham ada kalanya benar dan ada kalanya silap. Justeru mereka perlu berpegang teguh dengan tali Allah dan sunnah Rasulullah SAW.” (Al-Fatawa).
Wujudkan Sokongan Mimpi dalam Urusan Jodoh?
            Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita supaya beristikharah (berdoa pada Allah) dan bermusyawarah (berbincang dengan makhluk) dalam membuat sesuatu pilihan.
Kita tidak perlu meragui lagi yang Rasulullah SAW menjadikan istikharah itu trend dalam hidup baginda apabila mahu membuat sesuatu pilihan. Buktinya, kata Jabir bin Abdullah: Rasulullah SAW mengajar kami beristikharah dalam semua pekerjaan, seperti baginda mengajar kami satu surah dari al-Quran, sabdanya:
Apabila seseorang kamu mempunyai rancangan melakukan sesuatu perlulah dia melakukan solat sunnah dua rakaat, kemudian bacalah doa ini…” (Hadis Sahih Riwayat Bukhari).
Setelah kewafatan Khadijah, Allah SWT menghadirkan mimpi seorang gadis yang dibawa oleh malaikat Jibril di dalam kelubung sutera. Apabila diselak, gadis itu adalah Aisyah. Jibril berkata, “Ini adalah isterimu di dunia dan di akhirat.” Tiga kali mimpi itu menemani malam baginda.
Baginda cuma berkata kepada diri dengan mimpi itu, “Kalau ini kehendak Allah, pasti akan terlaksana.” (Muttafaqun a’laih).
Selepas mengalami mimpi itu, Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Khaulah binti Hakim bin al-Auqash, isteri Usman bin Mazh’un yang mencadangkan calon isteri untuk baginda. Didapati calon yang dimaksudkan iaitu Saudah dan Aisyah. Berdasarkan nilaian akhlak dan agama memang patut dijadikan isteri. Natijahnya, Rasulullah SAW meminta beliau menyampaikan pinangan baginda kepada calon yang dimaksudkan itu.
Kesimpulannya:
·Buatlah pilihan dengan istikharah dan musyawarah.
·Petunjuk tidak semestinya hadir melalui mimpi. Namun sekiranya kita bermimpi yang baik, ia boleh menjadi bonus sokongan daripada Allah kerana mimpi itu wujud, thabit dan tidak patut diingkari secara umumnya.
·Petunjuk dapat hadir dalam bentuk ketenangan hati. Demikian pendapat Imam Nawawi dan disokong oleh kebanyakan ulama.
·Selepas beristikharah dan berbincang ,kemudian diteguhkan pendirian dan dipermudahkan jalan ke arahnya, itupun suatu petunjuk.

c/p : ustazah fatimah syarha

Friday, November 4, 2011

Kisah 3 orang lelaki.....


Tiga orang lelaki yang sedang mabuk bertanding untuk menentukan siapa yang paling kejam.

Lelaki yang pertama menyerang seorang perempuan dan memukulnya sehingga giginya patah, lebam kedua biji matanya dan darah keluar daripada hidung dan telinga perempuan itu. Akhirnya perempuan itu jatuh ketakutan dan badannya menggeletar.

Dia berpusing menghadap dua lelaki dan berkata dengan bangganya,

“Akulah orang yang paling kejam”,

Tidak berpuashati, lelaki kedua bangun dan mengoyak baju perempuan itu, merogolnya dan terus mencekik perempuan itu sehingga perempuan itu mati.

Dan dia berkata

“Tidak ada siapa yang lebih kejam daripada aku”.

Lelaki ketiga pula bangun dan tersenyum. Dia menjawab

“Akulah yang paling kejam, aku cuma berdiri dan melihat kekejaman kamu sedangkan perempuan ini adalah adik aku”

Perempuan itu adalah Palestin.

Lelaki pertama ialah Israel.

Lelaki kedua adalah Amerika Syarikat.

Lelaki ketiga pula ialah Umat Islam yang hanya berdiam diri dan lihat.

Tahniah kepada Umat Islam!!

Sama-samalah kita muhasabah diri..
sejauh mana usaha kita untuk menolong saudara-saudara Islam kita.. renung sejenak sebanyak mana doa yg kita telah hadiahkan.. Umat Islam itu lemah kerana mereka JAUH daripada agama mereka sendiri..

*Silalah share untuk kawan2 yang lain..^^,  c/p

Wednesday, November 2, 2011

Beginilah Akhir Hayat Para Pendengki!



Hasad (iri hati, dengki) adalah penyakit lama yang selalu menyebabkan orang lain tersakiti dan terzhalimi. Sang pendengki selalu berang dan meradang terhadap orang yang tak berdosa. Karena itu, pepatah Arab mengatakan, “Semoga Allah memerangi dengki, alangkah adil-nya Dia, ia (hasad) memulai dari pemilik (tuan)-nya lalu membunuhnya.”

‘Umar bin al-Khaththab RA berkata, “Cukup sebagai bukti si pendengki terhadapmu manakala ia merasa gundah di saat kamu bahagia.”

Allah Ta’ala berfirman di dalam sebagian Atsar Qudsi, “Si pendengki adalah musuh nikmat-Ku, merasa jengkel terhadap perbuatan-Ku dan tidak rela dengan pemberian-Ku.”

Orang-orang Arab berkata, “Seorang tuan (sayyid) hanya mendapatkan dua kemungkinan; pencinta yang selalu memuji atau pendengki yang selalu melukai.”

Ahli fiqih, Abu al-Laits as-Samarqandi RAH berkata, “Lima perkara akan sampai kepada si pendengki sebelum kedengkiannya sampai kepada orang yang didengkinya; pertama, kegundahan yang tiada henti. Kedua, mendapat musibah yang tak berbuah pahala. Ketiga, celaan yang tak berujung pujian. Keempat, kemurkaan Rabb. Kelima, tertutupnya pintu taufiq baginya.

Wahai Muslim! Bertakwalah kepada Allah di dalam dirimu, janganlah sakiti orang-orang dengan hal yang tidak pernah mereka lakukan secara dusta dan palsu. Ingatlah esok hari saat engkau berada di hadapan Allah.!

Ingatlah bahwa dunia tidak berhak menjadi hal yang membuat kita saling dengki atau bermusuhan. Wahai orang yang didengki, bersabarlah atas penyakit si pendengki sebab kesabaranmu akan membunuhnya. Ibarat api, ia akan melalap bagiannya sendiri jika tidak lagi mendapatkan sesuatu yang akan dilalapnya.!

Jadikanlah kisah berikut ini sebagai pelajaran dan dengarkanlah baik-baik!:

Ada seorang Arab Badui menemui khalifah al-Mu’tashim, lalu ia diangkat olehnya menjadi orang dekat dan orang kepercayaannya. Ia kemudian dengan leluasa dapat menemui isterinya tanpa perlu minta izin dulu.

Sang khalifah memiliki seorang menteri yang memiliki sifat dengki. Melihat kepercayaan yang sedemikian besar diberikan sang khalifah kepada orang Arab Badui itu, ia cemburu dan dengki terhadapnya. Di dalam hatinya ia berkata, “Kalau aku tidak membunuh si badui ini, kelak ia bisa mengambil hati sang Amirul Mukminin dan menyingkirkanku.”

Kemudian ia merancang sebuah tipu muslihat dengan cara bermanis-manis terlebih dahulu terhadap si orang Badui. Ia berhasil membujuk si orang Badui itu dan mengajaknya mampir ke rumahnya. Di sana, ia memasakkan makanan untuknya dengan memasukkan bawang merah sebanyak-banyaknya. Ketika si orang Badui selesai makan, ia berkata, “Hati-hati, jangan mendekat ke Amirul Mukminin sebab bila mencium bau bawang merah itu darimu, pasti ia sangat terusik. Ia sangat membenci aromanya.”

Setelah tak berapa lama, si pendengki ini menghadap Amirul Mukminin lalu berduaan saja dengannya. Ia berkata kepada Amirul Mukminin, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya si orang Badui itu memperbincangkanmu kepada orang-orang bahwa tuan berbau mulut dan ia merasa hampir mati karena aroma mulut tuan.”

Tatkala si orang Badui menemui Amirul Mukminin pada suatu hari, ia menutupi mulutnya dengan lengan bajunya karena khawatir aroma bawang merah yang ia makan tercium oleh beliau. Namun tatkala sang Amirul Mukminin melihatnya menutupi mulutnya dengan lengan bajunya, berkatalah ia di dalam hati, “Sungguh, apa yang dikatakan sang menteri mengenai si orang Badui ini memang benar.”

Maka, Amirul Mukminin menulis sebuah surat berisi pesan kepada salah seorang pegawainya, bunyinya: “Bila pesan ini sampai kepadamu, maka penggallah leher si pembawanya.!”

Kemudian, Amirul Mukminin memanggil si orang Badui untuk menghadap dan menyerahkan kepadanya sebuah surat seraya berkata, “Bawalah surat ini kepada si fulan, setelah itu berikan aku jawabannya.”

Si orang Badui yang begitu lugu dan polos menyanggupi apa yang dipesankan Amirul Mukminin. Ia mengambil surat itu dan berlalu dari sisi Amirul Mukminin. Ketika berada di pintu gerbang, sang menteri yang selalu mendengki itu menemuinya seraya berkata, “Hendak kemana engkau.?”
“Aku akan membawa pesan Amirul Mukminin ini kepada pegawainya, si fulan,” jawab si orang Badui.

Di dalam hati, si menteri ini berkata, “Pasti dari tugas yang diemban si orang Badui ini, ia akan memperoleh harta yang banyak.” Maka, berkatalan ia kepadanya,
“Wahai Badui, bagaimana pendapatmu bila ada orang yang mau meringankanmu dari tugas yang tentu akan melelahkanmu sepanjang perjalanan nanti bahkan ia malah memberimu upah 2000 dinar.?”

“Kamu seorang pembesar dan juga sang pemutus perkara. Apa pun pendapatmu, lakukanlah!” kata si orang Badui

“Berikan surat itu kepadaku!” kata sang menteri

Si orang Badui pun menyerahkannya kepadanya, lalu sang menteri memberinya upah sebesar 2000 dinar. Surat itu ia bawa ke tempat yang dituju.

Sesampainya di sana, pegawai yang ditunjuk Amirul Mukminin pun membacanya, lalu setelah memahami isinya, ia memerintahkan agar memenggal leher sang menteri.

Setelah beberapa hari, sang khalifah baru teringat masalah si orang Badui. Karena itu, ia bertanya tentang keberadaan sang menteri. Lalu ada yang memberitahukan kepadanya bahwa sudah beberapa hari ini ia tidak muncul dan justeru si orang Badui masih ada di kota.

Mendengar informasi itu, sang khalifah tertegun, lalu memerintahkan agar si orang Badui itu dibawa menghadap. Ketika si orang Badui hadir, ia menanyakan tentang kondisinya, maka ia pun menceritakan kisahnya dengan sang menteri dan kesepakatan yang dibuat bersamanya sekali pun ia tidak tahu menahu apa urusannya. Dan, ternyata apa yang dilakukannya terhadap dirinya itu, tidak lain hanyalah siasat licik sang menteri dan kedengkiannya terhadapnya.

Lalu si orang Badui ini memberitahukan kepada khalifah perihal undangan sang menteri kepadanya untuk makan-makan di rumahnya, termasuk menyantap banyak bawang merah dan apa saja yang terjadi di sana. Ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Allah telah membunuh dengki, alangkah adilnya Dia! Ia (dengki) memulainya dengan si pemilik (tuan)-nya lalu membunuhnya.”

Setelah peristiwa itu, si orang Badui dibebastugaskan dari tugas terdahulu dan diangkat menjadi menteri. Yah, sang menteri telah beristirahat bersama kedengkiannya.!
c/p

Thursday, September 8, 2011

Besarnya keampunan Allah kepada makhlukNya

Diriwayatkan bahawa pada zaman Rasulullah s.a.w, Umar Ibnu Khattab salah seorang sahabat terdekat Rasullulah s.a.w menangis di depan pintu salah seorang isteri Rasullulah, yang didalamnya ada Rasulullah s.a.w. Mendengar suara Umar Ibnu Khattab berada di luar, maka Rasulullah s.a.w segera keluar dan bertanya kepada Umar Ibnu Khattab,

“Hai Umar kenapa engkau menangis?”
Kemudian Umar menjawab: “Wahai Rasulullah, bersamaku ada seorang pemuda yang telah membuat hatiku sedih dengan tangisnya.”
Lalu Rasulullah s.a.w memerintahkan Umar agar membawa masuk anak muda tersebut ke dalam. Atas perintah tersebut, Umar Ibnu Khattab lalu mengajak pemuda yang datang bersamanya sambil keduanya tetap menangis.
Pemuda itu disuruh duduk di depan Rasulullah s.a.w dan Umar Ibnu Khattab duduk di sebelahnya. Rasulullah s.a.w kemudian bertanya: “Hai pemuda, kenapa engkau menangis?”
Pemuda itu menjawab sambil tetap menangis: “Wahai Rasulullah, dosaku sangat besar dan aku takut Allah memurkaiku…”
“Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu?” tanya baginda s.a.w.

“Tidak, ya Rasul,” sahut pemuda itu sambil tetap menangis.
“Apakah engkau telah membunuh seseorang dengan alasan yang tidak benar?” Rasulullah s.a.w kembali bertanya.
“Tidak ya Rasul,” sahut pemuda itu sambil terus menangis.
Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Sungguh, dosamu sebesar apa pun, Allah akan mengampuninya, sekalipun memenuhi langit dan bumi.”
“Sungguh dosaku lebih besar dari itu, ya Rasul,” sahut pemuda itu.
“Apakah besar dosamu melebihi Arasy? Besar mana dengan Arasy?” tanya baginda s.a.w lagi.
“Dosaku sangat besar, ya Rasulullah.”
“Lalu besar mana dosamu dengan keagungan, ampunan, dan rahmat Allah?” tanya Rasulullah s.a.w.
“Tentu keagungan, ampunan, dan rahmat Allah lebih besar. Tetapi dosaku sangat besar, ya Rasulullah”

jawabnya diantara esakan tangisan.
Kerana kurang mengerti maksud pengakuan dari pemuda itu, akhirnya Rasulullah s.a.w mendesaknya,

“Cuba katakan dosa apa yang pernah kau perbuat?”
“Aku malu menyebutnya, ya Rasulullah…” kata si pemuda itu.
Kerana Rasulullah s.a.w terus mendesak pemuda itu untuk mengatakan dosanya secara jujur. Maka dengan perasaan malu dan takut, pemuda itupun menceritakan dosa yang dilakukannya.
“Wahai Rasulullah, aku ini seorang penggali kubur, sejak tujuh tahun lalu. Hingga meninggalnya puteri dari seorang sahabat Ansar. Melihat kecantikan dan kemontokan tubuhnya, nafsu berahiku memuncak. Setelah kuburan sepi, ku bongkar kuburnya dan ku telanjangi mayat gadis itu. Setelah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat ku tahan, lalu ku setubuhi. Ketika itu mayat gadis itu (diizinkan Allah) berkata, “Tidakkah kau malu kepada Allah, pada hari Allah menghukumi orang-orang berbuat zalim, sementara engkau menelanjangiku dan menyetubuhiku diantara orang-orang yang telah mati. Engkau membuatku dalam keadaan junub dihadapan Allah!”
Mendengar pengakuan dari si pemuda itu, Rasulullah s.a.w segera bangkit berdiri dan meninggalkannya, seraya berseru: “Hai pemuda fasik, pergilah! Jangan engkau dekati aku! Nerakalah tempatmu kelak!”
Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan rumah Rasulullah s.a.w seraya menangis. Dia berjalan dengan arah tak menentu keluar kampung. Sampailah dia di padang pasir yang luas lagi panas. Tujuh hari lamanya ia tidak makan dan minum kerana penyesalan dan kesedihan yang sangat mendalam hingga lemahlah keadaan tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, lalu kemudian jatuh tersungkur di tempat itu. Di atas pasir ia bersujud kepada Allah, lalu berdoa dan memohon ampunanNya dalam tangisnya.
“Ya Allah, aku adalah hambaMu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintuMu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasihMu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba-hambaMu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepadaMu. Ya Allah Tuhanku, sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah apiMu dari sisiMu, dan bakarlah tubuhku dengan apiMu di dunia ini, daripada Kau bakar tubuhku di akhirat nanti.”
Setelah itu Malaikat Jibril a.s datang kepada Rasulullah s.a.w. Usai menyampaikan salam dari Allah, Jibril a.s berkata: “Wahai Muhammad, Allah s.w.t bertanya kepadamu, “Apakah engkau yang menciptakan makhluk?”
“Bahkan Dialah yang menciptakan diriku dan mereka,” jawab Rasulullah s.a.w.
“Apakah engkau memberi rezeki kepada mereka?” tanya Jibril a.s.
Rasulullah s.a.w menjawab: “Bahkan Dia memberi rezeki padaku dan mereka.”
“Apakah engkau menerima taubat mereka?” tanya Jibril a.s untuk kali yang sekiannya.
“Bahkan Dia yang berhak menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya” ujar Rasulullah s.a.w.
Jibril a.s lalu berkata, Allah berfirman kepadamu; “Telah datang kepadamu seorang hambaKu dan dia menerangkan satu dosa dari beberapa dosanya, maka kamu berpaling (marah) kepadanya daripada dosanya, maka bagaimana keadaan orang-orang mukmin kelak, apabila mereka datang dengan dosa yang banyak lagi besar ibarat gunung yang besar?

Engkau adalah utusanKu yang Aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam. Maka jadilah kamu orang yang sayang menyayangi pada semua orang yang beriman, menjadi penolong bagi orang-orang yang telah berdosa dan memaafkan ketelanjuran dan kesalahan mereka (hambaKu); kerana sesungguhnya Aku telah mengampunkannya (menerima taubatnya) dan dosanya.”
Kemudian Rasulullah s.a.w. mengutus beberapa orang sahabat, maka mereka temui pemuda tersebut lalu memberikan khabar gembira kepadanya dengan maaf dan ampunanNya. Lalu mereka membawa pemuda tersebut berjumpa Rasulullah yang mana ketika itu beliau (Rasulullah) sedang menunaikan sembahyang Maghrib, dan merekapun bermakmum di belakangnya.
Ketika Rasulullah s.a.w. membaca surah Al Fatihah yang dilanjutkan dengan surah At-Takaatsur (Al Haakumuttakaatsur), sesampai baginda membaca ‘Hattaa Zurtumul Maqaabir’ (Kamu telah dilalaikan sehingga kamu masuk kubur), maka berteriaklah pemuda itu dengan keras sekali langsung jatuh. Ketika mereka selesai sembahyang, mereka dapati pemuda itu telah meninggal dunia. Mudah-mudahan Allah Taala membelas kasihaninya.

Dipetik dari kitab Misykatul Anwar