Sample text


Seuntai madah untuk dihayati...Setitis ilmu itu bisa mencairkan selautan kejahilan yang bersarang di pelupuk rona hati, Iman itu dinding taqwa sedangkan taqwa itu perisai hati, Yang memusnahkan pastilah nafsu, di layan jangan, di lawan pun jangan, di didik perlu, di asuh mesti, Apapun yang terjadi ikhlas menjadi ubat penawar segalanya Yakin kepada Allah,kebahagiaan pasti menanti di Taman Syurga...

Friday, January 20, 2012

BILA PUNYAI SERATUS NYAWA


Malam itu gelap-gulita dan langit tanpa bintang. Setitik cahaya pun tak ada melintas. Aku menyusuri jalan dengan tangan menggapai-gapai. Rasa putus asa menindih dan aku pun berhenti telah agak lama di bawah sebuah pohon delima.
Tiba-tiba aku terkejut kerana malam menjadi terang benderang. Aku tahu pasti bahwa datangnya sinar tadi adalah dari bulan yang muncul tiba-tiba di jauh sana. Dalam waktu sekejap aku pun telah berlari, seakan terbang diawan mengejar bulan yang menjauhi aku.
Setelah aku dapat mendekatinya dan akan menggapai bulan tersebut, alangkah heranku, kerana Ali bin Abu Talib, Abu Bakar as-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah telah mengerumuni bulan tersebut. Aku bertanya kepada mereka bertiga, “kepankah engkau semua berada disini?” tanyaku kepada mereka bertiga.
“Baru saja,” jawab mereka. Dan Abu Bakar berkata “Rasulullah mengajak kami semua memeluk islam dengan segala kemudahan sembunyi-sembunyi.”
Hingga di situ,aku pun bangun dari mimpiku malam itu, yang sampai sekarang mimpi tersebut masih selalu menggoda hatiku, apakah gerangan tafsir dan ta’bir mimpiku tadi?
Itulah cerita seorang pemuda yang berusia 17 tahun kepada kawan-kawannya di bawah pohon kurma. Mereka sedang mengembalakan domba-bomba mereka.
Salah seorang kawannya yang mendengarkan cerita mimpi itu berkata, “ Memang Abu Bakar as-Shiddiq, Ali bin Abu Talib dan Zaid bin Haritsah sekarang telah meninggalkan agama nenek moyang kita. Ketiga orang itu telah meninggalkan Tuhan Latta, Manata dan Uzza, dan mereka telah memeluk agama baru yang di bawa oleh Muhammad bin Abdullah.”
Pemuda yang lain pun menyambung, dengan katanya, “Memang saya mendengar kabar bahawa Muhammad sekarang mengajak orang-orang Makkah untuk meninggalkan minum-minuman keras, meninggalkan berjudi, dan bunuh-membunuh, dan agar menusia menyembah Tuhan Allah.”
Apakah benar katamu itu, wahai kawan?” tanya pemuda yang baru sahaja menceritakan mimpinya itu.
“Sekali ini aku tidak berdusta, sungguh Muhammad telah mengaku dirinya menjadi Nabi, utusan Tuhan Allah itu, dan membawa agama baru, jawab kawannya.
Itulah dialoq yang terjadi di bawah sebuah pohon kurma itu. Dan pemuda yang mengisahkan mimpinya itu bernama Sa’ad bin Abu Waqqash.
Pada suatu hari Sa’ad bin Abu Waqqash telah tampak berkumpul dengan Nabi Muhammad s.a.w. berserta orang-orang yang telah memeluk Agama Islam.  Agama lama yang dengan adat menyembah patung telah ditinggalkan Sa’ad, dan sekarang ia telah memulai hidup baru sebagai seorang Muslim dan Mu’min.
Demi setelah orang tuanya Sa’ad mendengar akan masuk Islamnya Sa’ad. Maka merahlah kedua orang tuanya itu. Sa’ad dipukul dan diseksa oleh ayahnya bersama-sama orang kafir Quraisy lainnya hingga darahnya bercucuran. Sementara itu ibunya menangis berhari-hari memikirkan anaknya yang telah meninggalkan agama  nenek moyangnya itu. Memang ibunya  Sa’ad termasuk salah seorang pemimpin wanita Bani Umayyah yang sangat anti , benci dan memusihi Agama Islam.
Pada suatu hari Sa’ad di panggil ibunya, dan berkata. “Wahai Sa’ad anakku! Bukankah agama baru yang engkau peluk itu mengajarkan supaya satiap anak harus taat dan berbakti kepada orang tuanya? “
“Betul, ibuku,” jawab Sa’ad.
“Demi Tuhan Latta dan Uzza, anakku Sa’ad. Jika kamu masih saja memeluk Agama Muhammad , aku tidak akan makan dan tidak akan minum hingga nyawaku melayang dari jasadku ini,” demikian sumpah ibunya kepada Sa’ad.
Memang Sa’ad adalah seorang pemuda yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia anak penurut. Selalu merendahkan diri dan berbudi halus kepada kedua orang tuanya. Dalam kebaktiannya itu ia seakan bagaikan pelayan yang setia kepada majikannya. Maka di dalam segala hal pastilah Sa’ad mendahulukan kepentingan kedua orang tuanya daripada kepentingan dan kesenangan dirinya. Baik soal makanan,minuman dan apa saja, bila kedua orang tuanya belum selesai, Sa’ad tidak akan makan dan minum dan berbuat apa saja tadi. Demikianlah , Sa’ad amat sayang dan hormat kepada ibunya, sehingga masalah-masalah yang menyangkut kepentingan ibunya, ia tak dapat meninggalkannya begitu saja, seakan tak bisa lepas dari pelupuk matanya.
Kerana mengerti watak dan perangai Sa’ad yang demikian itulah yang mungkin menyebabkan ibunya mengambil sikap mogok makan dan minum selama Sa’ad masih memeluk Agama islam. Dikiranya Sa’ad tentulah akan menanggalkan islamnya setelah merasa hiba dan nasib ibunya yang menderita sengsara kerana mogok makan itu. Tetapi dugaan ibunya terhadap Sa’ad itu meleset, kerana Sa’ad tetap tidak mahu melepaskan islamnya demi membela ibunya. Padahal akibat mogok makan itu, badan ibunya lemas dan lemah longlai tak berdaya. Jika tidak ada keluarganya yang menolong memaksa ibunya agar makan walaupun sedikit, tentulah ibunya meninggal dunia.
Walaupun Sa’ad merasa sedih melihat hal itu semua, tetapi ia tidak mahu berganjak dari pendiriannya. Ia memang sedar bahawa anak harus berbakti kepada orang tuanya, tetapi dalam masalah iman dan islam, tidak boleh menurut perintah sesiapapun bila dengan itu akan menyia-nyiakan Agamanya , walaupun perintah itu dari ibunya sekalipun.
Setelah ada kesempatan yang baik, Sa’ad pun  berkata kepada ibunya : “Wahai ibuku! Apakah jelek dan ruginya bila ananda mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu? Bukankah beliau orang baik , tak pernah dusta dan minum arak. Dan dengan memeluk Agama Islam itu ananda tidak pernah berkurang taatnya kepada ibu. Maka bila ibu tidak pernah mahu makan dan minum, sehingga seandainya ibu mempunyai seratus nyawa , dan sikap ibu yang tidak mahu makan dan minum itu mengakibatkan nyawa ibunda hilang satu demi satu, hilang lagi,dan hilang lagi nyawa ibu yang kedua,kerana tak makan dan minum itu, sampai nyawa ibunda yang keseratus hilang semua, maka demi Tuhan Allah, aku tidak akan meninggalkan Agama Islam. Sebabnya ialah kerana Allah telah memberi petunjuk kepada ananda atas jalan yang lurus. Maka lebih baiklah bila ibunda meninggalkan kepercayaan  Jahiliyah dan kemudian memeluk Agama Islam yang benar itu.” Demikian kata Sa’ad kepada ibunya dengan nada yang lembut.
“Apa? Engkau menyuruhku meninggalkan agama nenek moyang  kita? Lebih baik mati saja daripada mengikuti ajaran Muhammad!” jawab ibunya dengan keras.
“Ibunda, kepercayaan nenek moyang kita telah dipermainkan Iblis laknat, maka sesatlah orang Makkah ini.”
“Sudahlah! Jangan bicara lagi dengan aku. Tinggalkanlah aku biar mati dalam gamitan Latta dan Uzza dan Manata…..” pintanya dengan sinis.
Dan ketika Sa’ad tidak mahu surut dari pendiriannya, makan ibunya memerintahkan kepada para kerabatnya agar menyiksa Sa’ad. Ketika Sa’ad telah disiksa orang banyak, atas suruhan ibunya itu, keyakinan Sa’ad terhadap agama yang dibawa Muhammad pun makin tebal. Tetapi pada suatu ketika Sa’ad dapat meloloskan diri dari siksaan kaum kafir itu, dan ia kemudian menggabungkan diri dengan kaum Muslimin.
Sehubungan dengan peristiwa yang menimpa diri Sa’ad bin Abu Waqqash itu, Allah menurunkan ayat 15 surah Luqman, yang ertinya  :
Dan jika ibu-bapamu memaksa supaya engkau mahu mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak engkau ketahui ilmunya, maka janganlah engkau perturutkan perkataan keduanya itu, dan tetaplah engkau bergaul dengan kedua orang tuamu itu di dunia ini secara baik, dan turutilah orang yang taubat kepadaKu.”
Itulah Sa’ad bin Abu Waqqash, pemuda yang patuh kepada ibunya. Tetapi dalam masalah agama, ia lebih mengutamakan hukum Allah daripada taat kepada ibunya, hingga Allah menyinggungnya dalam ayat 15 surah Luqman.
Sa’ad adalah orang kelima yang memeluk Islam pada awal kelahiran Islam itu, sehingga ia diusir ibunya,disiksa kaum kafir, dan dialah pemeluk islam pertama yang darahnya bercucuran sebagai konsekwensinya taat kepada Allah. Dan dalam perang Uhud pada tahun Hijriah, ia adalah termasuk salah seorang sahabat yang menjadi anggota pasukan berpanah.
Kerana kelincahannya naik kuda di medan perang, ia mendapat gelaran Farisul Islam , ahli naik kuda. Di masa Khalifah Abu Bakar ia terkenal sebagai pemimpin yang berhasil meluaskan Islam di Irak, dan di masa Khalifah Umar ia sebagai Panglima perang yang berhasil mengalahkan Rustum, Panglima perang Parsi. Setelah Parsi di bawah naungan Islam, ia membangun kota baru bernama Kufah. Maka ia terkenal sebagai panglima perang yang gagah perkasa, yang pada awalnya perkembangan Islam adalah sebagai orang Islam pertama yang menumpahkan darah orang kafir.
Suatu anekdot, pada suatu malam, Nabi Muhammad s.a.w. tidak dapat tidur, dan ketika itu beliau berkata kepada isterinya Aisyah : “Alangkah baiknya malam ini ada salah seorang salih yang bersedia menjaga keselamatanku pada malam ini.”
Baru saja beliau bersabda demikian, di luar terdengar gemerciknya pedang, beliau pon bertanya dan menyapa dari dalam kamar tidur: “Siapakah yang berada di luar itu?” Terdengar jawab dari luar; “Aku wahai Rasulullah, Sa’ad.” Tanya Rasulullah lagi : “Mengapa malam-malam begini datang?” Jawab Sa’ad : “Aku meras khuatir atas keselamatan Rasul, maka aku datang ke sini untuk menjaga rumah Rasul ini.”
Barulah Rasulullah s.a.w. dapat tidur nyenyak setelah itu. Itulah salah satu bukti kesetiaan  Sa’ad kepada Nabinya. Ia juga yang ketika perang Uhud, di kala kaum Muslimin lari tunggang-langgang, Sa’ad lah yang menjaga Nabi s.a.w. dan menjadi penghadang sasaran anak panah yang ditujukan kepada Nabi s.a.w.
Sa’ad adalah seorang Muhajir yang paling terakhir wafat, yakni ia wafat pada tahun 55 Hijriah (tahun 677M), dalam usia 80 tahun. Ia di makamkan di desa Aqiq, 10 km di luar kota Madinah, dan dikafani dengan jubah bulu unta, jubah yang pernah dipakainya dalam perang Badar.

No comments:

Post a Comment